Kisah hidup Nasrul tersebut mendapat perhatian serius oleh anak yatim penerima santunan. apalagi, mereka yang dihadirkan adalah yang telah menempuh pendidikan SMA dan sederajat, Nasrul juga menceritakan perih getir awal dirinya membuka usaha.
“Awal memulai usaha, saya menjual pulsa, jika terjual, maka saya belikan mie instan, itu harus dipotong untuk siang dan malam,” tutur Nasrul.
Dalam kondisi tersebut, Nasrul tak patah arang, berbekal ilmu yang dimiliki dia mencoba merubah nasib, dengan menyewa sebuah tempat, dia memulai usaha percetakan dan pembuatan stempel.
“Tempat yang saya sewa terletak di Mata Air, tidak ada kamar kecil, hanya menampung sebuah meja, malam hari, saya gunakan untuk tidur, untuk mandi dan buang air, saya harus ke SPBU atau masjid,” ungkap nasrul.
Anda harus log masuk untuk menerbitkan komentar.