Oleh : Dantes, S.Pd.I (Guru MTsN 1 Kabupaten Pasaman, Provinsi Sumatera Barat)
LINTASREPUBLIK.COM – Melaksanakan ibadah haji merupakan dambaan bagi setiap muslim. Namun demikian masih ada orang yang belum memahami dengan baik makna dan hakikat haji. Haji merupakan rukun Islam kelima yang wajib dilaksanakan oleh setiap orang muslim yang mampu. Dalam kesempatan ini penulis ingin berbagi sedikit pengetahuan tentang ibadah haji kepada para pembaca.
Dari segi bahasa atau etimologis haji (al-hajj) berarti tujuan, “maksud dan menyengaja”. Ulama fikih mendefinisikan haji dengan “menyengaja mendatangi Ka’bah untuk menunaikan amalan-amalan tertentu” atau “mengunjungi tempat tertentu pada waktu tertentu untuk melakukan amalan-amalan tertentu”. Lebih rinci Ulama Fikih menjelaskan bahwa yang dimaksud tempat tertentu dalam definisi haji adalah Ka’bah dan Arafah, dan yang dimaksud dengan waktu tertentu adalah Asyhur al-Hajj, bulan-bulan (untuk pelaksanaan ibadah) haji. Di samping itu setiap amalan yang dikerjakan dalam waktu ibadah haji memiliki waktu-waktu khusus pula. Ungkapan “amalan tertentu” dalam definisi haji di atas mengandung pengertian bahwa setiap amalan yang menjadi rukun, wajib, dan syarat dalam haji tersebut harus dimulai dengan niat haji dan dilaksanakan dalam keadaan ihram ( uswatun hasanah : anggota komisi Fatwa MUI)
Sebagai ibadah yang diwajibkan bagi setiap umat Islam yang mampu, ibadah haji memiliki hikmah, baik bagi orang yang melaksanakan haji itu sendiri, maupun bagi masyarakat secara umum. Karena Allah mensyariatkan ibadah haji untuk sejumlah tujuan dan beragam hikmah. Dengan melaksanakan ibadah haji seseorang bisa menyaksikan langsung tempat kelahiran Nabi Muhammad saw dan mengetahui tempat-tempat kehidupan beliau di Makkah dan Madinah. Dengan demikian ia bisa menggambarkan juga merasakan bagaimana suasana pada saat Rasulullah berjuang untuk syiar Islam bersama-sama para sahabatnya yang dengan ikhlas mencurahkan jiwa raga dan harta untuk berjuang di jalan Allah. Saat menyaksikan Ka’bah, jamaah haji juga akan teringat pada keberkahan Nabi Ibrahim dan puteranya, Nabi Ismail serta Ibundanya, Hajar sebagai contoh keluarga yang penuh keikhlasan, kesabaran, keimanan, dan ketaqwaan sehingga perintah seberat apapun dianggapkan ringan. Meskipun harus menghadapi ujian yang berat seperti perintah Allah kepada Nabi Ibrahim untuk menyembelih anak kesayangannya, yakni Isma’il. Ritual ibadah haji juga mengingatkan pelakunya akan usaha Ibunda dari Ismail yang berlari-lari kecil antara bukit Shafa dan Marwa berkali-kali sambil menyenandungkan permintaan kepada Allah demi kehidupan buah hatinya, sehingga kemudian muncullah sumur Zamzam, yang tetap memancarkan airnya selama ribuan tahun hingga kini.