LINTASREPUBLIK.COM – Data yang dilansir dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan dari tanggal 1 Januari sampai dengan 30 Desember, Indonesia telah dilanda bencana alam sebanyak 3.503 kali.
Dalam periode tersebut, bencana hidrometeorologi yang mendominasi yakni banjir sebanyak 1.511 kejadian dan cuaca ekstrem sebanyak 1.048 kejadian.
Selanjutnya, tanah longsor sebanyak 634 kejadian, kebakaran hutan dan lahan 251 kejadian, gelombang pasang dan abrasi 26 kejadian serta kekeringan empat kejadian. Selain itu, bencana geolog terhitung 28 kali kejadian gempa bumi dan satu kali erupsi gunung api.
Secara angka, dibandingkan dengan tahun 2021, kejadian bencana sebanyak 5.402, maka di tahun 2022 dapat dikatakan kejadian bencana berkurang. Dampak kerusakan dan jumlah warga mengungsi akibat bencana alam pada tahun 2022 juga jauh berkurang, ketimbang pada tahun 2021.
Upaya pengurangan risiko bencana di Indonesia dalam setahun tampak nyata dengan tren penurunan bencana. Namun demikian, hal itu belum cukup, lantaran jumlah korban meninggal dunia akibat bencana alam di Indonesia pada 2022 justru bertambah, yakni sebanyak 851 orang. Pada tahun 2021, jumlah korban meninggal sebanyak 728 orang.
Pelaksana tugas Kepala Pusat Data dan Informasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Abdul Muhari menyebutkan selama 2022, sebanyak 80 persen korban meninggal akibat bencana berasal dari kejadian gempa bumi.
Gempa bumi memakan korban jiwa yang luar biasa dibandingkan dari kejadian banjir dan tanah longsor. Meskipun pada tahun ini, 95 persen kejadian adalah bencana hidrometeorologi basah.
Dua gempa signifikan dari 28 kali bencana gempa di Indonesia membawa korban yang luar biasa. Gempa Pasaman, Sumatera Barat, dan gempa bumi di Cianjur, Jawa Barat, adalah dua gempa signifikan yang terjadi pada sesar aktif yang belum pernah teridentifikasi sebelumnya. Korban bencana gempa magnitudo 5,6 di Kabupaten Cianjur, pada 21 November 2022, sebanyak 602 jiwa.
Selain itu, menurut catatan BNPB, kejadian bencana tanah longsor paling sering menyebabkan korban jiwa, meskipun skalanya kecil jika dibandingkan dengan gempa dan letusan gunung api, terutama di wilayah dataran tinggi.
Bencana tanah longsor yang menyita perhatian pada tahun 2022 yakni tanah longsor galian di Mandailing Natal, Sumatera Utara, di mana 12 jiwa meninggal dunia.
Kerusakan yang terjadi akibat bencana tentu dipengaruhi berbagai macam faktor seperti populasi penduduk, adanya alih fungsi lahan baik itu untuk kegiatan ekonomi perumahan dan lain-lain. Hal inilah yang kemudian mengurangi daya dukung daya tampung lingkungan sehingga menimbulkan kerentanan.
Agenda Bali untuk Resiliensi